Saturday, June 25, 2011

Bila Cinta Tak Berbalas

“Maaf Akhi, bukannya saya tidak menghormati permintaan akhi. Tapi rasanya kita cukup menjalin ukhuwah saja dalam perjuangan. Saya doakan semoga akhi menemukan pasangan lain yang lebih baik dari saya.”

Amboi, bagaimana rasanya bila kalimat di atas dialami oleh para ikhwan? Bisa saja langit terasa runtuh, hati berkeping-keping. Sang pujaan hati yang kita harapkan menjadi teman setia dalam mengarungi perjalanan hidup menampik khitbah kita. Segala asa yang pernah coba ditambatkan akhirnya karam. Cinta suci sang ikhwan bertepuk sebelah tangan.

Ya drama kehidupan menuju meghligai pelaminan memang beragam. Ada yang menjalaninya dengan smooth, amat mulus, tapi ada yang berliku penuh onak duri, bahkan ada yang pupus ditengah perjalanan karena cintanya tak bertaut dalam maghligai pernikahan.

Ini bukan saja dialami oleh para ikhwan, kaum akhwat pun bias mengalaminya. Bedanya, para ikhwan mengalami secara langsung karena posisi mereka sebagai subyek/pelaku aktif dalam proses melamar. Sehingga getirnya kegagalan cinta –seandainya memang terasa getir- langsung terasa. Sedangkan kaum akhwat perasaanya lebih aman tersembunyi karena mereka umumnya berposisi pasif, menunggu pinangan. Tapi manakala sang ikhwan yang didamba memilih berlabuh dihati yang lain kekecewaan juga merebak dihati mereka.

Mengambil sikap

Ikhwan dan akhwat rahimakumullah, siapapun berhak kecewa manakala keinginan dan cita-citanya tidak tercapai. Perasaan kecewa adalah bagian dari gharizatul baqa' (naluri mempertahankan diri) yang Allah ciptakan pada manusia. Dengannya, manusia adalah manusia bukan onggokan daging dan tulang belulang. Ia juga bukan robot yang bergerak tanpa perasaan, tapi manusia memiliki aneka emosi jiwa. Ia bisa bergembira tapi juga bisa kecewa.

Emosi negatif, seperti perasaan kecewa akibat tertolak, bukannya tanpa hikmah. Kesedihan akan memperhalus perasaan manusia, bahkan akan meningkatkan kepekaannya pada sesama. Bila dikelola dengan baik maka akan semakin matanglah emosi yang terbentuk. Tidak meledak-ledak lalu lenyap seketika. Ia akan siap untuk kesempatan berikutnya; kecewa ataupun bergembira. Jadi mengapa tidak bersyukur manakala kita ternyata bisa kecewa? Karena berarti kita adalah mansia seutuhnya.

Kegagalan meraih cinta juga bukan pertanda bencana. Tapi akan memberikan pelajaran beharga pada manusia. Seorang filsuf bernama John Charles Salak mengatakan : Orang-orang yang gagal dibagi menjadi dua; yaitu mereka yang berfikir gagal padahal tidak pernah melakukannya, dan mereka yang melakukan kegagalan dan tak penah memikirkannya.

Karenanya kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, tapi justru awal dari segala-galanya. Meski terdengar klise tapi ada benarnya; ambillah pelajaran dari sebuah kegagalan lalu buatlah perbaikan diri. Tentu saja itu dengan tetap mengimani qadla Allah SWT.

Agar kegagalan mengkhitbah tidak menjadi petaka, maka ikhwan dan akhwat, persiapkanlah diri sebaik-baiknya, ada beberapa langkah yang bisa diambil:

Percayai qadla

Manusia tidak suka dengan penolakan. Ia ingin semua keinginannya selalu terpenuhi. Padahal ditolak adalah salah satu bagian dari kehidupan kita. Kata seorang kawan, hidup itu adakaanya tidak bisa memilih. Perkataan itu benar adanya, cobalah kita renungkan, kita lahir kedunia ini tanpa ada pilihan; terlahir sebagai seorang pria atau wanita, berkulit coklat atau putih, berbeda suku bangsa, dsb. Demikian pula rezeki dan jodoh adalah hal yang berada di luar pilihan kita. Man propose, god dispose. Kita hanya bisa menduga dan berikhtiar, tapi Allah jua yang menentukan.

“Sesungguhnya salah seorang di antara kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam rahim ibunya selama 40 hari kemudian menjadi ‘alaqah kemudian menjadi janin, lalu Allah mengutus malaikat dan diperintahkannya dengan empat kata dan dikatakan padanya: ‘tulislah amalnya, rizkinya dan ajalnya.” (HR.Bukhari)

Maka kokohkanlah keimanan saat momen itu terjadi pada kita. Yakinilah skenario Allah tengah berlangsung, dan jadilah penyimak yang baik dengan penuh sangka yang baik padaNya. Tanamkan dalam diri kita ‘Allah Mahatahu yang terbaik bagi hamba-hambaNya'.

Jangan biarkan kekecewaan menggerogoti keimanan kita kepadaNya. Apalagi dengan terus menanamkan prasangka buruk padaNya. Segerahlah sadar bahwa ini adalah ujian dari Allah . akankah kita menerima qadla-Nya atau merutuknya?

Dengan demikian, fragmen yang pahit dalam kehidupan InsyaAllah akan memperkuat keyakinan kita bahwa Allah sayang pada kita. Demikian sayangnya, sampai-sampai Allah tidak rela menjodohkan kita dengan si fulan yang kita sangka sebagai pelabuhan cinta kita.

Bersiap untuk cinta dan bahagia

“Seandainya ukhti menjadi istri saya, saya berjanji akan membahagiakan ukhti,” demikian ungkapan keinginan para ikhwan terhadap akhwat yang akan mereka lamar. Puluhan, mungkin ratusan angan-angan kita siapkan seandainya si dia menerima pinangan cinta kita. Kita begitu siap untuk berbahagia dan membahagiakan orang lain. Sama seperti banyak orang yang ingin menjadi kaya, tenar dan dipuja banyak orang.

Sayang, banyak diantara kita yang belum siap untuk merasa kecewa. Dan ketika impian itu berakhir kita seperti terhempas. Tidak percaya bahwa itu bisa terjadi, ada akhwat yang ‘berani' menolak pinangan kita. Bila kurang waras, mungkin akan keluar ucapan, “berani-beraninya...” atau “apa yang kurang dari saya.....”

Akhi dan ukhti, jangan biarkan angan-angan membuai kita dan membuat diri menjadi tulul amal, panjang angan-angan. Sadarilah semakin tinggi angan membuai kita, semakin sakit manakala tak tergapai dan terjatuh. Ambillah sikap simbang setiap saat; bersiap diri menjadi senang sekaligus kecewa. Sikap itu akan menjadi bufferl penyangga mental kita, apapun yang terjadi kelak.

Manakala kenyataan pahit yang ada di depan mata, sang akhwat menolak khitbah kita atau sang ikhwan memilih ‘bunga' yang lain, hati ini tidak akan tercabik. Yang akan datang adalah keikhlasan dan sikap lapang dada. Demikian pula saat ia menjatuhkan pilihannya pada kita, hati ini akan bersyukur padaNya karena doa terkabul, keinginan menjadi kenyataan.

Menakjubkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya urusannya seluruhnya baik dan tidaklah hal itu dimiliki oleh seseorang kecuali bagi seorang mukmin. Jika mendapat nikmat ia bersyukur maka hal itu baik baginya, dan jika menderita kesusahan ia bersabar maka hal itu lebih baik baginya.” (HR. Muslim)

Bukan Aib

Ditolak? Emang enak! Wah, mungkin demikian pikiran sebagian ikhwan. Malu, kesal dan kecewa menjadi satu. Tapi itulah bentuk ‘perjuangan' menuju pernikahan. Kita tidak akan pernah tahu apakah sang pujaan menerima atau menolak kita, kecuali setelah mengajukan pinangan padanya. Manakala ditolak tidak usah malu, bukan cuma kita yang pernah ditolak, banyak ikhwan yang ‘senasib' dan ‘sependeritaan'.

Saatnya berjiwa besar ketika ditolak. Tidak perlu merasa terhina. Demikian pula saat banyak orang tahu hal itu. Bukankah apa yang kita lakukan adalah sesuatu yang benar? Mengapa mesti malu.

‘Kita mungkin takkan Bahagia'

Marah-marah karena lamaran tertolak? Mendoakan keburukan pada ikhwan yang tidak mencintai kita? Itu bukan sikap seorang muslim/muslimah yang baik. Tidak ada yang bisa melarang seseorang untuk jatuh cinta maupun menolak cinta. Sebagaimana kita punya hak untuk mencintai dan melamar orang, maka ada pula hak yang diberikan agama pada orang lain untuk menolak pinangan kita. Bahkan dalam kehidupan rumah tangga pun seorang suami dan istri diberikan hak oleh Allah SWT. Untuk membatalkan sebuah ikatan pernikahan.

Mengapa ada hak penolakan cinta yang diberikan Allah pada kita? Bahkan dalam pernikahan ada pintu keluar ‘perceraian'? jawabannya adalah sangat mungkin manusia yang jatuh cinta atau setelah membangun rumah tangga, ternyata tak kunjung memperoleh kebahagiaan (al hanaah ) dari pasangannya, maka tiada guna mempertahankan sebuah bahtera rumah tangga bila kebahagiaan dan ketentraman tak dapat diraih. Wallahu'alam bi ash shawab

“Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.” ( Al-Baqarah[2]:229 )

Berpikir positiflah manakala cinta tak berbalas. Belum tentu kita memperoleh kebahagiaan bila hidup bersamanya. Apa yang kita pandang baik secara kasat mata, belum tentu berbuah kebaikan di kemudian hari.

Adakalanya keinginan untuk hidup bersama orang yang kita idamkan begitu menggoda. Tapi bila ternyata cinta kita bertepuk sebelah tangan, untuk apa semua kita pikirkan lagi? Allah Maha Pangatur, ia pasti akan mempertemukan kita dengan orang yang memberikan kebahagiaan seperti yang kita angankan. Bahkan mungkin lebih dari yang kita harapkan.

Be positive thinking, suatu hari kelak ketika antum telah menikah dengan orang lain –bukan dengan si dia yang antum idamkan- niscaya antum takjub dengan kebahagiaan yang antum rasakan. Percayalah banyak orang yang telah merasakan hal demikian.

‘Saya tak mungkin berbahagia tanpanya'

ini adalah perangkap, ia akan memenjarakan kita terus menerus dalam kekecewaan. Perasaan ini juga menghambat kita untuk mendapatkan kesempatan berbahagia dengan orang lain. Mereka yang terus menerus mengingat orang yang pernah menolaknya, dan masih terbius dengan angan-angannya sebenarnya tengah menyiksa perasaan mereka sendiri dan menutup peluang untuk bahagia.

Mari berpikir jernih, untuk apa memikirkan orang lain yang sudah menjalani kehidupannya sendiri? Jangan biarkan orang lain membatalkan kebahagiaan kita. Diri kitalah yang bisa menciptakannya sendiri. Untuk itu tanamkan optimisme dan keyakinan terhadap qadla Allah SWT. Insya Allah, akan ada orang yang membahagiakan kita kelak.

Cinta membutuhkan waktu

“maukah ukhti menjadi istri saya? Saya tunggu jawaban ukhti dalam waktu 1 X 24 jam!” Masya Allah, cinta bukanlah martabak telor yang bisa di tunggu waktu matangnya. Ia berproses, apalagi berbicara rumah tangga, pastinya banyak pertimbangan-pertimbangan yang harus dipikirkan. Ada unsur keluarga yang harus berperan. Selain juga ada pilihan-pilihan yang mungkin bisa diambil.

Jadi harap dipahami bila kesempatan datangnya cinta itu menunggu waktu. Seorang akhwat yang akan dilamar –contoh extrim pada kasus diatas- bisa jadi tidak serta merta menjawab. Biarkanlah ia berpikir dengan jernih sampai akhirnya ia melahirkan keputusan. Jadi cara berpikir seperti di atas sebenarnya lebih cocok dimiliki anggota tim SWAT ketimbang orang yang berkhitbah

Ideal bagus, Tapi realistik adalah sempurna

“Suami yang saya dambakan adalah yang bertanggungjawab pada keluarga, giat berdakwah dan rajin beribadah, cerdas serta pengertian, penyayang, humoris, mapan dan juga tampan.” Itu mungkin suami dambaan Anda duhai Ukhti . tapi jangan marah bila saya katakan bahwa seandainya kriteria itu adalah harga mati yang tak tertawar, maka yang ukhti butuhkan bukanlah seorang ikhwan melainkan kitab-kitab pembinaan. Kenyataannya tidak ada satupun lelaki didunia ini yang bisa memenuhi semua keinginan kita. Ada yang mapan tapi kurang rupawan, ada yang rajin beribadah tapi kurang mapan, ada yang giat dakwah dakwah tapi selalu merasa benar sendiri, dsb.

Ini bukan berarti kita tidak boleh memiliki kriteria bagi calon suami/istri kita, lantas membuat kita mengubah prinsip menjadi ‘yang penting akhwat” atau “yang penting ikhwan”. Tapi realistislah, setiap menusia punya kekurangan – sekaligus kelebihan. Mereka yang menikah adalah orang-orang yang berani menerima kekurangan pasangannya, bukan orang-orang yang sempurna. Tapi berpikir realistis terhadap orang yang akan melamar kita, atau yang akan kita lamar, adalah kesempurnaan

Maka doa kita kepada Allah bukanlah,”berikanlah padaku pasangan yang sempurna” tetapi “ya Allah, karuniakanlah padaku pasangan yang baik bagi agamaku dan duniaku.”

Kekuatan Ruhiyah

Percaya diri itu harus, tapi overselfconfidence adalah kesalahan. Jangan terlalu percaya diri akhi bahwa lamaran antum diterima. Jangan juga terlalu yakin ukhti, bahwa sang pujaan akan datang ke rumah anti. Perjodohan adalah perkara gaib. Tanpa ada seorang pun yang tahu kapan dan dengan siapa kita akan berjodoh. Cinta dan berjodohan tidak mengenal status dan identifikasi fisik. Bukan karena ukhti cantik maka para ikhwan menyukai ukhti. Juga bukan karena akhi seorang hamalatud da'wah lalu setiap akhwat mendambakannya.

Kita tidak bisa mengukur kebahagiaan orang lain menurut persepsi kita. Bukankah sering kita melihat seseorang yang menurut kita “luar biasa” berjodoh dengan yang ‘biasa-biasa'. Seperti seringnya kita melihat pasangan yang ganteng dan cantik, populer tapi kemudian berpisah. Inilah rahasia cinta dan perjodohan, tidak bisa terukur dengan ukuran-ukuran manusia

Maka landasilah rasa percaya diri kita dengan sikap tawakal kepada Allah. Kita berserah diri kepadaNya akan keputusan yang ia berikan. Jauhilah sikap takkabur dan sombong. Karena itu semua hanya akan membuat diri kita rendah dihadapan Allah dan orang lain. Intinya saya bermaksud mengatakan ‘jangan ke-ge-er-an' dengan segala title dan atribut yang melekat pada diri kita.

Beri cinta kesempata (lagi)

“..........dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” ( QS. Yusuf[12]:87 )

bersedih hati karena gagal bersanding dengan dambaan hati wajar adanya. Tapi bukan alasan untuk menyurutkan langkah berumah tangga. Dunia ini luas, demikian pula dengan orang-orang yang mencintai kita. Kegagalan cinta bukan berarti kita tidak berhak bahagia atau tidak bisa meraih kebahagiaan. Bila hari ini Allah belum mempertemukan kita dengan orang yang kita cintai, insyaAllah ia akan datang esok atau lusa, atau kapanpun ia menghendaki, itu adalah bagian dari kekuasaanNya

cinta juga berproses. Ia membutuhkan waktu. Ia bisa datang dengan cepat tak terduga atau mungkin tidak seperti yang kita harapkan. Ada orang yang dengan cepat berumah tangga, tapi ada pula yang merasakan segalanya berjalan lambat, namun tidak pernah ada kata terlambat untuk merasakan kebahagiaan dalam pernikahan. Beri kesempatan diri kita untuk kembali merasakan kehangatan cinta. ‘ love is knocking outside the door.' Kata musisi Tesla dalam senandung love will find a way. Tidak pernah ada kata menyerah untuk meraih kebahagiaan dalam naungan ridhoNya. Yang pokok, ikhwan atau akhwat yang kelak akan menjadi pasangan kita adalah mereka yang dirihoi agamanya.

“jika melamar kepada kalian seseorang yang kalian ridho agamanya dan akhlaknya maka nikahkanlah ia, bila kalian tidak melakukannya maka akan ada fitnah di muka bumi dan kerusakan yang nyata” (HR. Turmudzi)

Wanita dinikahi karena satu dari tiga hal; dinikahi karena hartanya, dinikahi karena kecantikannya, dinikahi karena agamanya. Maka pilihlah yang memiliki agama dan akhlak (mulia) niscaya selamat dirimu.” (HR.Ahmad)

- Rujukan di sini

Abu Bakar Bashir : Penghujung hayat di penjara

Ini adalah haram. Saya menolak (keputusan) kerana ia zalim dan mengabaikan undang-undang syariah. "Keputusan ini dibuat oleh konco-konco syaitan dan adalah haram buat saya untuk menerimanya," tegas Abu Bakar Bashir selepas dihukum penjara 15 tahun atas kesalahan membiayai sebuah kumpulan pengganas yang merancang serangan ke atas warga Barat dan pemimpin politik di Indonesia.

Guru agama yang dikenali sebagai pemimpin spiritual untuk para militan Indonesia yang telah menjangkau usia 72 tahun itu ternyata tidak dapat menerima hukuman yang disabitkan ke atas dirinya.

Hakikatnya, Abu Bakar sejak awal-awal lagi tidak pernah mahu menerima pertuduhan yang dikenakan ke atasnya. Malahan dia menganggap perbicaraannya atas tuduhan keganasan 'didalangi tuhan-tuhan palsu'.

Sememangnya perbicaraan selama empat bulan ke atas Abu Bakar itu diwarnai dengan pelbagai ragam dan perkara. Tumpuan utamanya sudah tentu dihala kepada Abu Bakar sendiri.

Warga emas yang berkaca mata dan berjanggut putih itu sentiasa hadir ke mahkamah dengan memakai kopiah dan jubah serba putih. Kata-katanya sentiasa dinantikan.

Daripada menyatakan bahawa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono boleh dianggap kafir kerana tidak menjalankan syariat Islam yang sebenarnya, sehinggalah kepada dakwaan semua pemimpin Indonesia adalah 'thogut' kerana tidak melaksanakan hukum Islam yang benar.

Sebelum hari pengadilan, pendakwa raya semasa menutup kesnya telah memohon Abu Bakar dikenakan hukuman penjara seumur hidup setelah mereka menggugurkan tuduhan utama iaitu mengedar senjata api untuk tujuan keganasan, yang boleh membawa hukuman mati.

Namun, akhirnya Abu Bakar pada 16 Jun lalu dijatuhi hukuman penjara oleh sebuah mahkamah daerah di Jakarta Selatan setelah didapati bersalah memberi bantuan ke atas sebuah kem latihan militan di Aceh pada tahun lalu.

Dakwaan tersebut membabitkan penyaluran wang sebanyak AS$62,000 (RM186,000) kepada sekumpulan militan di Aceh sebagai sebahagian kempen untuk menyerang kepentingan asing dan kerajaan di Indonesia. Kem militan itu dikesan oleh pihak berkuasa pada tahun lalu.

"Abu Bakar dibuktikan bersalah kerana merancang dan memperdayakan orang lain untuk memberi sumbangan ke atas aktiviti pengganas. Dia dihukum penjara 15 tahun," kata hakim Herri Swantoro.

Sejurus prosiding usai pada hari itu, Abu Bakar berjanji akan membuat rayuan berhubung keputusan tersebut.

Sebenarnya telah dua kali percubaan dilakukan untuk membawa Abu Bakar ke muka pengadilan tetapi menemui jalan buntu. Ini termasuklah mengaitkannya dengan aktiviti keganasan dan serangan di Bali yang menyebabkan 202 orang terbunuh pada 2002.

Sebagai seorang individu yang mendapat sokongan padu pengikut-pengikutnya, pengaruh Abu Bakar dapat dilihat pada tarikh hukuman tersebut dijatuhkan.

Pada hari berkenaan, kawalan keselamatan pihak berkuasa cukup luar biasa. Ia melibatkan kehadiran 3,200 anggota polis dan tentera di mahkamah selepas terdapat ancaman bom menerusi khidmat pesanan ringkas (SMS) dan laman sosial, Twitter.

Sepanjang perbicaraan pula , sejumlah 2,900 anggota keselamatan telah ditempatkan di mahkamah. Talian telefon juga bercampur-aduk sementara penembak hendap yang memakai balaclava (topeng muka) ditempatkan di sekitar bangunan mahkamah.

Begitulah nasib Abu Bakar yang ditangkap pada Ogos tahun lalu berikutan beberapa serbuan polis terhadap anggota sebuah kumpulan militan baharu, Tandzim al-Qaeda Indonesia yang didakwa mendirikan kem latihan di Aceh.

Sekalipun usia ketua kumpulan berhaluan Islam, Jama'ah Ansharut Tauhid itu telah lanjut dan kini terkurung di sebalik tirai besi, masih banyak pihak bimbang dengan pengaruh Abu Bakar yang masih mencengkam.

Ini dapat dilihat daripada laporan AFP, yang memetik kata-kata analisis Kumpulan Krisis Antarabangsa, Sidney Jones bahawa hukuman tersebut bukanlah penghujung cerita Abu Bakar.

Menurut Jones, cabaran sebenar adalah untuk menjauhkan Abu Bakar daripada banduan-banduan lain yang mungkin boleh dipengaruhi melalui syarahannya.

Sementara Andi Widjajanto dari sebuah universiti di Indonesia menyatakan sekiranya peranan Abu Bakar sudah menjadi tidak begitu berkesan setelah mengisi ruang penjara, akan lahir pula pemimpin spiritual baharu yang akan mengambil alih tempatnya.

Katanya, pemimpin baharu itu akan cuba membuktikan bahawa dia akan disanjung dengan melancarkan serangan yang lebih besar atau seumpamanya.

Rujukan di sini

Friday, June 10, 2011

Jun 2011 : Penuh dengan walimah....

Walimah antara abg Ahya' dan isterinya...Akhi Ahya merupakan senior saya di Maahad Mahmud dulu....Barakallah...
Akhi Zulkamal dan zaujahnya...Saya mula berkenalan dengan ahli sains ini takala sama-sama ditaklifkan sebagai Fasilitator Kem Bina Shaksiah pada tahun 2007 yang lalu...hampir 25 hari bersama cukup membuatkan saya kagum pada pria soleh ini...
Tahniah Kak Shu....Kak Shu ni merupakan rakan sekelas saya ketika sekolah rendah dulu dan FB menemukan kami semula....
Walimah Afik dan Kak Chik...Kedua-duanya teman ketika di IPTAR dulu..Moga menjadi pasangan pendidik yang bahagia..Insya Allah...
Tahniah buat akhi Hafizul..Mahasiswa UITM Arau ini saya mula berkenalannya ketika sama-sama menjadi fasilitator Kem Bina Shaksiah 2007 yang dulu...
Adli Azimi Abdul Rahman.... Rakan seperjuangan di Maahad Mahmud dulu.. Seorang abang yang lembut tutur katanya...bila bercakap pasti terpesona...
Tahniah buat Ustaz Muzani...Mula berkenalan juga ketika di Maahad Mahmud dulu...Suami isteri pasangan pendidik ini moga bahagia hendakNya...
Tahniah juga buat ustaz Fathullah..AJK Disiplin Kem Bina Shaksiah 2010 yang lalu...Moga dirahmati Allah keduanya..Insya Allah...
Ustaz Azamuddin dan isterinya....
Ustaz Hamdhan bin Abdul Ghani dan isterinya...Maaf la tak sempat hadir ya.. Barakallah buat keduanya...

Wednesday, June 8, 2011

"kenapa anda rasa Tuhan itu romantis kepada hamba-nya?"


Sedia mendengar

Allah cukup romantis pada kita hambanya….Kesetiaan Allah untuk mendengar rintihan, luahan, dan kegembiraan hambanya membuatkan sang hamba sentiasa merasakan dirinya mempunyai kekasih yang abadi. Kita sedih, luahlah pada Allah…Allah akan mendengarnya. Kita di uji, di fitnah, rintihlah pada Allah, Allah akan mendengarnya. Takala kita gembira kerana berjaya, bersyukurlah pada Allah , Dia pasti mendengarnya. Dalam hadith Qudsi dinyatakan bahawa sepertiga malam terakhir Allah akan turun ke langit dunia.Untuk mendengar hambanya merintih dan meminta…Takala manusia lain sedap, nyenyak dan lena dalam tidur..Kita punya kekasih yang sedia…bukan untuk sehari dua…namun selamanya untuk mendengar rintihan kita…Tidak ada kekasih yang mampu terus mendengar dengan setia sebagaimana Tuhanku Allah…Tiada lagi kekasih seromantis itu yang pernah di jumpai…

Berbicara

Bila sang dara berbungkam rasa, pasti sang aduka akan menenangkan dengan kata-kata, yang manis lagi puitis yang menusuk jiwa…Namun ia hanya seketika…takala di kemuncak rasa, iaitu sebelum dapatnya si dara. Selepas sudah ada amanah di rasa, tiada lagi keseronokkan dunia.. aduka bukan lagi tempat meluah rasa, apatah lagi menenangkan jiwa dengan kata-kata.. Allah cukup romantis, setiap saat, setiap masa, setiap ketika.. Bersama hambanya yang yakin dan setia dengan firmannya. Bila sedih di fitnah, Dia membelai dengan surah Yusoff sebagai pengubat duka, Takala muslimat ingin kembali kepada agamaNya, Dia menyapa lembut lubuk hati dengan surah AnNur sebagai petunjuk jiwa. Takala jiwa pemuda memberontak ingin berjuang, Dia membisik dengan surah al-Kahfi sebagai panduan anak muda.. Oh..Bila Allah berbicara..romantis tidak terkata..Senang Dia menyapa, kita susah Dia bersama..Kata-katanya firmannya membentuk jiwa..buat insan..buat hamba..buat kekasihNya.

Memaafkan

Sama manusia lain rasanya lain ragamnya, Salah sekali maaf diberi, salah berulang kali, Maaf..tiada lagi maaf…Kekasih yang berkasihan juga tak bisa memaafkan berulang kali pria atau pacarnya.. Namun tidak bagi Allah..Dialah Tuhan..Dialah Rabbi..Dialah kekasih sejati, salah sekali dimaafi, salah berulang kali, tetap peluang diberi, untuk memperbaiki diri. Jika terus melakukan salah, bukan salah pada maafnya, salah pada sang hamba yang tidak mengerti. Allah maha pemaaf..memberi peluang..peluang..dan peluang agar manusia terus menjadi insan yang mensyukuri… Bagaimana jika kekasihku manusia..sekalipun dimaafi…pasti tercalar di benak sanubari…pasti tertusuk di dalam hati..pastinya bak kata orang,..dia akan makan hati…Namun Allah, dia Rabbi..Terus memaafkan hambanya…Kekasih yang romantis kekasih yang memberi peluang untuk memperbaiki diri…

4 Rejab 1432/ 6 Jun 2011

Teratak Bonda yang tercinta

9.07pm

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin